Minggu, 08 Mei 2016

Keliling Roma, Kota Bersejarah

Pagi-pagi benar kami bangun, segera packing dan naik kereta dari Milan menuju Roma (lagi-lagi dengan Trenitalia). Tiba di Roma, kami check in di hotel Welcome Piram. Jaraknya tergolong jauh dari stasiun dibandingkan hotel-hotel kami sebelumnya. Tapi ok lah.. walking distance koq. Mungkin karena uda kecapean aja di hari-hari terakhir berasanya lebih jauh. 

Beres urusan hotel, kami naik bus HOHO (hop on hop off) untuk keliling Roma. Dengan EUR 17, kami bisa naik dan turun di objek-objek wisata di Roma sesuka hati mulai dari Colloseum, Trevi Fountain hingga Bassilica St Pietro (Vatikan). Waktu paling lama kami habiskan di dekat Trevi Fountain karena dekat situ ada beberapa objek wisata lain seperti Spanish Step tempat alun-alun kota pusat keramaian kota Roma. Selain itu juga ada Via Del Corso yang lagi-lagi adalah tempat belanja.

Seharian cukup sih ya kelilingin Roma hingga malam hari. Esok harinya jam 12 siang kami sudah menuju bandara Roma untuk kembali ke Jakarta via Doha.

Tips untuk melakukan tax refund di bandara Roma:
  1. Berbeda dengan beberapa bandara lain dimana proses tax refund dilakukan sebelum check in, di Roma, kita harus check in dulu dan memperoleh boarding pass dari airline untuk bisa mengurus tax refund.
  2. Setelah check in, kita harus bilang ke petugas bahwa kita perlu koper kita untuk mengurus tax refund, jadi setelah di tagged bagage-nya oleh airline, kita baru bisa menuju custom.
  3. Di custom, kita bawa boarding pass, paspor, dokumen tax refund dari airline dan tagged luggage kita untuk menunjukkan barang belanjaan kita jika diminta. Oh ya, gak boleh dipakai dulu ya barang2nya. 
  4. Setelah dari custom, di samping custom ada meja global blue, premiere tax sama satu lagi saya lupa untuk pengurusan tax refund via kartu kredit. Nah, saya sedikit trauma soal yang satu ini karena teman-teman saya kebanyakan gagal tax refund via kartu kredit. Jadi, saya mau ngotot ngambil cash aja. Ceritanya, untuk ngambil tax refund Global Blue dalam bentuk cash adanya di GATE H sedangkan boarding room untuk pesawat Qatar saya adanya di GATE G. Jadi, bagian informasi bilang kemungkinan besar saya gak bisa dapetin tax refund saya dalam bentuk cash. 
  5. Beres dari custom, saya kembali ke petugas airline untuk taroh bagage saya. Sebetulnya di samping custom disediain tempat buat masukkin bagage kita, tapi saya takut bagage saya gak nyampe jakarta, jadi saya prefer kembali ke tempat taroh bagage di tempat check in airline. Gak perlu antri lagi, cukup bilang ama petugasnya aja kita mau taroh bagage. Toh sudah di-tag juga
  6. Nah, perjuangan belum berakhir, beres urusan bagage, kita akan masuk ke area gate2 dengan melewati berbagai pemeriksaan seperti biasa. Saya usaha masuk ke gate H, kebetulan petugas imigrasi gak ngeh saya harusnya di gate G. Pas dia uda terlanjur ngecap, dia realize bahwa gate saya harusnya di gate G tapi uda terlanjur ngecap. Jadi dengan sedikit ngomel2 dia kasih saya lewat gate H tapi nanti ke gate G-nya gak bisa balik lagi, kudu naik shuttle bus. 
  7. Jadilah saya berhasil masuk gate H dan ngurus tax refund saya secara cash dan selanjutnya menuju gate G dengan shuttle bus.
Paling gak ribet sih ngurus tax refund di Schipol. Menurut teman saya di Milan pun sama ribetnya. Oh ya, selain Global Blue, saya punya satu tax refund slip lagi di perusahaan lain (logo kuning), saya lupa namanya. Karena gak bisa cash, mau gak mau, saya urus via kartu kredit. Hingga saya tulis blog ini, tax refund-nya tidak kunjung tiba padahal janjinya 2 minggu. Untungnya nominalnya sangat kecil dibandingkan tax refund saya di Global Blue.

Demikian cerita indah saya di Eropa. Baru pulang, tapi rasanya mau balik lagi.. beautiful memories.

Milan Surga Belanja

Ketiga kalinya saya mengunjungi Milan dengan Duomo yang tetap menjadi magnetnya. Namun, kali ini saya lebih banyak menghabiskan waktu di Seravalle, factory outlet di pinggiran Milan dengan daya tarik diskonnya. 

Sebelum saya cerita soal Seravalle dan Duomo, saya mau share tentang validasi tiket kereta di Itali. Sudah menjadi cerita umum bahwa banyak teman-teman traveller yang terkena denda karena lupa melakukan validasi tiket di mesin kuning di Itali. Kapan harus melakukan validasi tiket, kapan tidak harus melakukan validasi. Jawabannya adalah apabila kamu sudah punya tiket dengan tanggal dan jam lengkap di tiketmu, maka kamu gak perlu melakukan validasi lagi atas tiketmu. Tapiiii kalau tiket kamu kosong, tanpa tanggal, berlaku biasanya 1 - 3 bulan ke depan, maka kamu WAJIB validasi tiket kamu di mesin kuning sebelum kamu naik kereta. Karena artinya, tiket kamu bisa dipakai lagi kalau kamu belum validasi dan kamu dianggap mau curang dengan pakai tiket yang sama berkali-kali. Setelah divalidasi, akan muncul tanggal dan jam kamu validasi tiket itu, mirip mesin ceklok absen di kantor-kantor.

Perjalanan ke Seravalle sebetulnya ada beberapa opsi dan yang paling murah adalah naik bus. Namun, kalau naik bus, maka kamu harus ikutan jam pergi dan pulang yang sudah ditentukan oleh operator bus. Karena saya tidak mau terikat waktu pulang, maka pilihan saya adalah naik kereta. Nah, karena saya dapet tiket yang tidak tertulis tanggalnya, maka saya kudu validasi tiket itu sebelum naik kereta. 

Seravalle adalah salah satu factory outlet favorit saya. Prada, Furla, Michael Kors, Desigual, Esprit, Loccitane, Ferrari, Samsonite, semua lengkap. Favoritnya tentu saja Prada.. antrian mengular panjang untuk masuk ke toko Prada. Harga tentu saja diskon hingga 70%. Puas belanja, saya segera naik kereta kembali ke Milan. Setibanya di Milan, saya mengunjungi Duomo, makan pizza di Spizico menjadi salah satu tempat favorit saya di Duomo. Hanya saja, untuk berbelanja barang branded, terutama tas, tidak saya sarankan di Duomo. Harganya lebih mahal sekitar 10 - 30 persen dibandingkan di toko-toko lainnya di Eropa.

Duomo, my favourite one


Selama saya di Eropa mulai dari Amsterdam, Paris, Luzern, Milan toko-toko tutup jam 9 malam, mungkin karena saya pergi musim semi dimana matahari masih bersinar terang hingga jam 9 malam. Puas berbelanja, kami pun kembali ke hotel untuk packing dan segera mengakhiri perjalanan kami di kota terakhir, Roma.

 

Sehari di Venice

Venice, kota air yang memukau, begitu kata orang-orang. Buat saya, mungkin karena saya bukan orang yang romantis, Venice biasa aja. Berangkat pagi hari dari Milan ke Venice, kami tiba sebelum pukul 11 siang. Setelah keluar dari kereta, kami membeli tiket vaporeto di tourist information seharga EUR 7,5 sekali jalan. Bisa dipakai jika masih dalam waktu 1,5 jam. Kami segera menuju San Marco, tempat keramaian turis.

Tiba di San Marco, berkeliling di sekitar Bell Tower tidak membawa kesan berarti buat saya. Mungkin karena saya pergi di hari Jumat sehingga alun-alun San Marco begitu ramai oleh turis cenderung sesak. Kami pun makan di pinggiran San Marco dengan menu khas Itali pizza + spaghetti. Karena waktu kepulangan kami dari Venice ke Milan masih sangat lama yaitu jam 6 sore, maka kami memutuskan untuk kembali ke stasiun dengan berjalan kaki santai melewati Rialto Bridge, pasar-pasar, gang-gang kecil. 

Picture taken from Vaporetto

Peta di Venice berbayar seharga EUR 2. Kami tidak membeli peta dan memutuskan untuk mengikuti petunjuk jalan sambil berjalan santai. Kami tidak nyasar dan tiba di stasiun sekitar 1,5 jam kemudian karena diselingi duduk2 kalau cape, masuk2 toko kalau bosan dan mencoba menikmati Venice dengan menyusuri gang2 kecilnya itu. Tiba di stasiun yang masih kepagian juga, kami pun lagi2 menyantap pizza di stasiun. Rasanya lebih enak daripada yang kami makan di resto di Venice.

Secara umum, Venice tidak terlalu berkesan buat saya, tidak perlu menginap, sehari saja rasanya lebih dari cukup untuk menyusuri kota Venice. Mungkin beda tipe orang bisa jadi beda cerita. Oh ya, saya tidak naik gondola karena sudah pernah di kunjungan sebelumnya dan menurut saya lagi2 biasa aja.

Keindahan Alam di Luzern & Mount Titlis

Waktu yang paling saya nantikan pun tiba. Sepanjang perjalanan ke Eropa, saya paling menantikan Swiss. Dua kali saya sudah ke Swiss dan dua kali itu pula saya terpukau, terpesona, kagum luar biasa akan karya ciptaan Tuhan di Swiss. Pagi hari kami berangkat dari stasiun Gare du Lyon (ingat ya bukan dari Gare du Nord, Gare Du Nord hanya untuk stasiun kedatangan dari luar Paris sedangkan untuk keberangkatan dari Gare Lyon). Setibanya di Luzern, saya segera mencari hotel kami di Swiss Quality. Letaknya sangat strategis  di seberang stasiun dan dekat Mc Donald & Burger King. 

Setibanya di hotel, kami check in dan menitipkan koper karena masih jam 11 siang. Setelah itu, kami segera menuju Lake Luzern untuk berjalan kaki tanpa arah melihat kebaikan Tuhan di Luzern dengan pemandangan yang super duper indah. 

Lake Luzern
Setelah itu, kami belanja cokelat Swiss yang terkenal. Sekedar tips, belanja cokelat sebaiknya di Manor di lantai bawah, jangan di toko para turis. Harganya berbeda sangat jauh. Untuk cokelat Lindt isi 5 di Manor hanya EUR 10 (per pcs sekitar EUR 2) sedangkan di tempat belanja para turis isi 3 seharga EUR 12 (per pcs sekitar EUR 4). Padahal Manor sangat dekat, hanya berjalan sedikit dari tempat belanja para turis. Selain itu, kami juga mengunjungi toko sepatu Bata untuk membeli sepatu boot yang lagi diskon besar.

Siangnya, kami bersantap di Mc Donald dekat hotel. Karena saya tidak berniat untuk menukarkan uang Swiss Franc jadi semua transaksi di Luzern saya gunakan kartu kredit. Di Swiss, belanja 3 EURO pun bisa menggunakan kartu kredit. Lelah menyusuri objek wisata di Luzern seperti Lion Monument, Lake Luzern, shopping, kami pun kembali ke hotel dan beristirahat agar esok hari memiliki tenaga yang cukup untuk naik ke Mount Titlis.

Sengaja saya tidak membeli tiket Mount Titlis lebih dulu via internet karena cuaca senantiasa berubah di Swiss. Bisa jadi di accuweather.com cerah tapi esok hari cuaca berubah menjadi badai salju. Jadi, atas saran pihak hotel, kami menunggu hari H hingga membeli tiket Mount Titlis. Pagi harinya, kami segera membeli paket komplit ke Mount Titlis (bus+semua wahana) seharga CHF 119 per orang setelah dipastikan cuaca mendukung untuk ke Mount Titlis.

Jam 8 pagi kami sudah berangkat ke Engelberg naik kereta. Sepanjang perjalanan, pemandangan sangatttt indah. Setibanya di Engelberg, kita harus naik shuttle bus gratis menuju ke Mount Titlis. Ada papan petunjuk menuju bus gratis tersebut. Jarak antara stasiun dan kaki Mount Titlis sangat dekat, naik bus tidak sampai 5 menit. 

Kami bermain salju di Mount Titlis, kebetulan sedang hujan salju juga. Selain itu kami juga mencoba chairlift di tengah dinginnya salju karena tiketnya sudah termasuk. Puas bermain salju, kami mencicipi ice cream Movenpick yang terkenal di area cafe. Disini juga tersedia tempat berfoto dengan menggunakan pakaian tradisional Swiss tapi kami enggan mencoba karena sudah cukup berfoto dengan pakaian tradisional Belanda. 

Dari jam 10 hingga jam 1 kami bermain dan kemudian kembali ke stasiun Engelberg dengan menggunakan shuttle bus gratis tadi. Setibanya di stasiun Luzern, kami mencicipi Chinese food di pojokan stasiun. Rasanya sangat lezat sekali, kami memesan nasi sapi lada hitam seharga CHF 16,5 tapi bisa untuk makan berdua karena porsinya yang besar. 

Jam 5.40 sore kereta membawa kami ke Milan. Ada insiden dalam perjalanan dari Luzern ke Milan. Jadi ceritanya kami harus transit sekitar 30 menit di Arth Goldau sebelum pindah kereta menuju Milan. Ternyata kereta yang kami tumpangi di Luzern mengalami kendala teknis sehingga setelah 25 menit belum ada kejelasan apakah kereta kami akan berangkat atau tidak. Tentu saja, tiket kereta kami dari Arth Goldau ke Milan terancam hangus. Kemudian saya bertanya kepada Bapak2 yang duduk di seberang kami di kereta. Menurutnya hal ini hampir tidak pernah terjadi bahwa kereta di Luzern mengalami keterlambatan seperti ini. Di tengah kepanikan, bapak2 tersebut mengajak kami pindah kereta ke kereta sebelah kami yang juga akan menuju Arth Goldau.  

Saya yang panik masih menanyakan apakah hal ini tidak apa2 karena kami tidak punya tiket kereta di sebelah? Selain itu, tiket kereta saya langsung menuju Arth Goldau sedangkan kereta sebelah mampir ke beberapa tempat terlebih dahulu? Bapak2 itu bilang: nanti kalau train manager dateng, saya yang akan bantuin ngomong. Duh, baik banget bapak ini. Tapi emang orang Swiss baik2. Setiap saya pasang muka bingung dimanapun, ada aja yang nyamperin nanya: Can I help you?

Akhirnya kami buru2 pindah ke kereta sebelah yang hampir aja jalan. Di tengah perjalanan, saya tidak duduk, tapi berdiri di depan pintu kereta supaya begitu sampai di Arth Goldau bisa langsung menuju ke kereta selanjutnya ke Milan. Itungan matematikanya, saya pasti terlambat naik kereta menuju  Milan, begitu kata si Bapak2. Dia juga mempersiapkan saya bahwa kalau saya terlambat, maka saya harus beli tiket dan naik kereta berikutnya jam 8 atau jam 9. Terus kalau saya naik kereta jam 8 saya akan tiba jam 11.30 malam tapi kalau naik kereta jam 9 saya akan tiba jam 11 malam karena kereta yang satu transit2.. blablabla, saya gak nyimak lagi karena panik. Si bapak ini menemani saya berdiri dekat pintu kereta dan sibuk mencari info soal perjalanan saya. Dia juga sudah mencari tau peron nomor berapa kereta saya. Menjelang  ketibaan kami, train manager datang dan menanyakan tiket kami. Beliau mencoba scan barcode tiket kami tapi gagal terus. Akhirnya entah si bapak2 itu ngomong apa, akhirnya begitu tiba, kami dikasih turun dan si bapak2 itu uda nenteng koper gede saya supaya lebih cepat. Emak saya sampai takut mikirnya koper kami mau dibawa lari oleh si bapak2. Setibanya di peron, ternyata kereta kami ke Milan juga delay 3 menit sehingga kami masih keburu naik kereta dan setelah naik keretanya pun langsung berangkat. Puji Tuhan atas penyertaannya atas perjalanan kami ini. 

Kami tiba di Milan pukul 9.30 malam dan segera check in di Ostello Bello Milan Grande yang letaknya sangat dekat dengan stasiun Milano Centrale. Cerita selanjutnya di Milan, next posting yaaaaa....