Rabu, 09 Januari 2019

Wisata ke Taiwan Tanpa Tour

Hening lama sebelum akhirnya memulai tulisan tentang perjalanan ke negeri Formosa Taiwan.

Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang visa Taiwan dilengkapi dengan doa tentang cuaca sepanjang perjalanan, Tuhan sungguh baik memberikan cuaca yang sangat baik selama perjalanan kami ke Taiwan. Terbang tanggal 20 Desember 2018 menggunakan Eva Air, pesawat kami delay karena antrian terbang di bandara Soekarno Hatta yang sangat padat. Alhasil kami baru tiba di malam hari sekitar pukul 10 malam. Melewati imigrasi yang cukup ribet di Taiwan karena paspor dan visa kami diteliti berkali2 dengan kaca pembesar (ini terjadi pada semua orang), akhirnya kami baru keluar bandara jam 11.30 malam. Menyadari saya membawa 2 orang tua dan 1 anak berusia 9 tahun dan kami akan tiba malam hari jadi saya sudah menyewa mobil untuk mengantarkan kami dari Taoyuan airport terminal 2 ke penginapan kami (airbnb) di dekat Taipei Main Station. Perjalanan kira2 memakan waktu 40 menit. Drivernya kami book juga dari penginapan kami dengan pemikiran bahwa driver sudah tahu dimana penginapan kami dan gak perlu cari2 lagi. Ongkos Taoyuan airport ke apartemen 900 NTD.

Di hari kedua kami kembali menyewa mobil yang sama seharga 4000 NTD untuk rute Apartemen - Yehliu Geopark - Jiufen - Shifen Waterfall - Shifen - Makan - Apartemen. Sebetulnya Klook menyediakan paket tour dengan rute serupa tapi kami memilih private car mengingat kami berempat dan berharap kami lebih flexible mengatur waktu. Membandingkan cerita teman saya yang berwisata dengan menggunakan Klook, di Jiufen mereka diturunkan di bawah sehingga perlu menaiki tangga yang lumayan curam sedangkan karena saya sewa mobil pribadi, saya diturunkan di atas sehingga tidak harus melewati tangga2 curam.. jauh lebih nyaman. Plus tidak harus menunggu peserta2 lain. Ketika kami selesai, kami tinggal wapp call driver untuk segera menjemput kami. Ngapain aja selama tour?
  • Yehliu Geopark : wisata batu2 alam di pinggir pantai. Buat saya 1 jam maksimal sudah cukup. Lihat2 plus foto. Nothing special.
  • Jiufen : ini semacam pasar malam tapi di siang hari. Kiri kanan sepanjang jalan banyak orang jual makanan plus souvenir. Yang terkenal sih baksonya.. kami makan bakso plus bungkus juga bakso disini. Enak sihhh... Biasa orang prefer kesini di sore hari sekalian lihat pemandangan sunset. Kami sempat lihat pemandangannya juga.. lumayan bagus karena dari atas lihat kota dan gunung serta pantai tapi entahlah buat saya Indonesia lebih indah.
  • Shifen waterfall. Cukup menantang buat liat air terjun kecil ini. Jalan kaki dan lewat jembatan panjang berkali2. Sekitar 30 menit jalan menuju air terjun ini. Hasilnya juga gak sampe istimewa gimana sih ya.. Indonesia lebih indah.
  • Shifen. Ini tempat nerbangin lentera. Harga lentera kalo sama warna keempat sisinya 150 NTD. Nice lah buat dicoba.. pengalaman menyenangkan dan unik.


Fly the lantern
Kami berangkat dari apartemen jam 9 pagi dan kembali sekitar pukul 5 sore. Kami beristirahat sebentar sebelum wisata pasar malam ke Ximending di malam harinya. Dari apartemen kami di sebelah Caesar Hotel langsung connect ke Taipei Main Station. Apartemen kami sangat2 strategis dan saya bersyukur menginap disana. Hanya 1 pemberhentian langsung tiba di Ximending Exit 6. Kamis segera memulai wisata kuliner kami di Ximending mulai dari Ji guang Fried Chicken, Hot Star, Prince Cheese Potato plus belanja kosmetik di Cosmed, 86, Miniso semua lengkap di Ximending.

Hari Ke - 3 (22 Desember 2018)
Pagi ini jam 7 pagi kami keluar mencari sarapan disekitar hotel (ada ketan bungkus yang terkenal di Taiwan), anak saya setiap pagi pasti mampir ke 7 Eleven dekat hotel untuk membeli makanan plus papaya milk. Jam 9 pagi kami sudah berkelana ke Chiang Kai Sek Memorial (Green Line exit 5) untuk menonton pergantian penjaga yang ada setiap 1 jam sekali sehingga kami menonton pergantian penjaga jam 10 pagi. Setelah itu kami segera menuju Taipei 101 untuk naik ke atas (tiket saya beli via klook setelah melihat antrian lumayan di depan loket tiket - lumayan lebih murah plus tanpa antri). Di atas sedang ada foto gratis keluarga jadi kami berfoto dan langsung mengambil hasilnya. Oh ya, di level B1 Taipei 101 ada Din Tai Fung yang terkenal plus ada Irvin salted egg dengan harga yang lebih murah dari Singapore kalo dikurs. Gak banyak sih lebih murahnya tapi lumayanlah..

Pose di Chiang Kai Sek

Setelah puas di Taipei 101, kami kembali ke apartemen setelah sebelumnya menyantap makan siang di Chan brother (michelin lho) sederetan dengan apartemen kami. Karena bawa orang tua, setelah berjalan2 mereka perlu istirahat sebelum sore harinya kami naik THSR ke Taichung. Tiket THSR yang dibeli lewat Klook kami tukarkan sehari sebelumnya di loket Taipei Main Station untuk memilih jadwal keberangkatan dan mendapat no seat. Untuk THSR ini apabila kita pergi lebih cepat dari jadwal di tiket juga bisa namun harus menempati gerbong/car tanpa tempat duduk (gerbong 10 - 12). Pada saat kepulangan dari Taichung ke Taipei kami berangkat lebih cepat dari tiket yang ditentukan karena acara di Taichung sudah selesai sehingga kami menempati gerbong non reserved seat.

Jam 5 sore kami menuju Taichung dan hanya memakan waktu sekitar 45 menit mencapai Taichung. Tiba di Taichung THSR station, kami naik bus nomor 82 menuju TRA Station. Hotel kami VIP Taichung dekat sekali jalan kaki dari stasiun. Kami menempati kamar untuk ber 4 plus sarapan. Malam harinya saya dan ibu saya menumpang bus nomor 55 menuju Yizhong market. Pulangnya kami jalan kaki karena hanya sekitar 15 menit dari pasar malam menuju hotel. Saya pribadi lebih menyukai pasar malam di Taichung daripada di Taipei. Entahlah.. merasa lebih feel like home. Di belakang hotel terdapat sederetan restoran Indonesia yang menjual nasi goreng, pempek, ayam, warteg, dll.. semua enak. Btw, naik bus di Taichung ini gratis ya sodara2.. hanya cukup tap Easy Card saja ketika naik dan turun.

Hari Ke - 4 (23 Desember 2018)
Sebetulnya hari ini jadwal kami adalah ke Cing Jing Farm menggunakan bus Nantou namun karena ayah, ibu dan anak saya kurang sehat kami memilih untuk leyeh2 saja di kota Taichung. Pagi harinya ayah ibu saya berjalan kaki 5 menit ke Taichung Park dari hotel. Mereka sangat menikmati Taichung park sehingga memutuskan untuk kesana lagi di sore harinya. Siang hari kami berjalan kaki ke Taroko Mall dari hotel  sekitar 15 menit. Taroko mall 12 lantai dan ada plosotan dari lantai 5 ke bawah seperti di FX Sudirman. Entah kenapa anak saya digratiskan menaiki plosotan ini. Di mall ini juga ada Carrefour sehingga kami membeli banyak oleh2 disini.

Malam harinya kami ke FengJia Market menggunakan bus nomor 35 (memakan waktu sekitar sejam) sehingga pulangnya kami memutuskan naik taxi saja hanya 20 menit.

Hari Ke - 5 (24 Desember 2018)
Hari ini saya kembali menyewa mobil seharga 4000 NTD menuju Sun Moon Lake. Jam 9 pagi supir sudah menjemput kami di hotel. Hari ini supir kami super baik namanya Mr. Fang. Meskipun tidak bisa berbahasa english, namun Mr. Fang betul2 baik menemani kami supaya tidak tersesat dan memberikan banyak rekomendasi menarik. Tiket sun moon lake juga kami beli dari Mr. Fang hanya 100 NTD.. malah teman kantor saya yang pergi seminggu setelahnya digratiskan untuk tiket Sun Moon Lake ini. 

Tiba di Sun Moon Lake, kami naik kapal di Suishe Pier. Pemberhentian pertama dari kapal ini kami skip dan langsung menuju Ita Thao Pier. Di pier ini kami menghabiskan waktu duduk2 mendengarkan musik jalanan yang sangat merdu, makan sosis, jalan2 hingga naik cable car. Semua menarik disini dengan cuaca yang sangat mendukung.

Foto dari cable car
Sungguh bersyukur kepada Tuhan hari itu cuaca juga sangat mendukung kami untuk menikmati Sun Moon Lake. Secara jujur, selama di Taiwan menurut saya yang paling berkesan ketika di Sun Moon Lake ini. Next time, saya akan menghabiskan waktu lebih lama di Sun Moon Lake.

Di Shuishe Pier jugalah kami menikmati makan siang sebelum menuju ke Zhongse flower market. Zhongse flower market adalah taman bunga yang tidak terlalu luas (1 jam cukup) namun disana terdapat berbagai jenis bunga yang menarik dan perlengkapan berfoto yang sangat menarik juga. Ada tulip, lavender, mawar dan masih banyak lagi. Perlengkapannya juga ada windmill, piano, harpa, truk, bentuk2 love dimana2, kereta kencana.. sangat menyenangkan berfoto2 disana.

di Zhongse flower market
Dari Zhongse flower market kami menuju THSR station untuk kembali ke Taipei. Malamnya kami lagi2 menghabiskan waktu ke Ximending.

Hari Ke - 6 (25 Desember 2018)
Di Taiwan Natal bukanlah hari libur jadi semua aktivitas seperti biasa di hari Natal. Anak-anak pergi sekolah dan karyawan tetap pergi bekerja. Toko2 pun buka seperti biasa. Nah sebetulnya rencana hari ini adalah ke Taipei Zoo dan Maokong Gondola tetapi berhubung kami sudah puas naik gondola di Sun Moon Lake dan seluruh anggota keluarga lebih suka leyeh2 jadi kami cancel acara hari itu. Kami memilih beli oleh2 ke Chiate Bakery untuk beli pineapple cakes, nougat cakes, dll yang menurut saya semua rasanya biasa aja. Kami juga ke Skyblue shop yang sebetulnya juga ada di Fengjia market untuk berbelanja tas2 disney (lagi ada discount besar ketika kami datang). Plus malamnya kami ke Raohe Market untuk melihat2 dan kembali wisata kuliner sebelum pulang.

Demikian perjalanan kami di Taiwan. Nice trip tapi belum puas sih.. i will go back someday.

Kamis, 18 Oktober 2018

Mengurus Visa Taiwan sendiri

Merencanakan liburan Natal di Taiwan tahun 2018 ini bersama kedua orang tua dan anak kedua saya yang berusia 9 tahun mengharuskan saya untuk mengurus visa Taiwan tentunya. Kali ini saya mau share terkait cara pengurusan visa Taiwan ini.

Seperti yang sudah dibahas oleh banyak blogger bahwa Taiwan menggratiskan dan memudahkan pengurusan visa bagi kita yang sudah pernah melancong ke Schengen countries, USA, Canada, Australia, New Zealand, United Kingdom, Korea dan Jepang. Bahkan jika visa kita telah expired paling lama 10 tahun, kita tetap dapat mengajukan visa gratis Taiwan secara mudah dan cepat, tidak sampai 5 menit. Caranya tinggal mengisi data-data kita di web https://niaspeedy.immigration.gov.tw/nia_southeast/

Bagi teman-teman yang single name, silahkan diisi double namanya seperti saya: Lina untuk nama depan dan Lina untuk family name. Ini sudah pernah saya tanyakan langsung ke bagian pembuatan visa Taiwan dengan kantor perwakilannya di Jakarta. Simple, tidak sampai 5 menit, setelah visa approved tinggal print. Karena saya dan mama sudah punya visa Jepang, Australia, Korea dan Schengen maka kami memutuskan untuk menggunakan nomor visa Jepang sebagai underlying kami untuk mendapatkan bebas visa ini.

Yang bermasalah adalah papa saya dan anak saya yang memang belum mempunyai jenis2 visa di atas sehingga saya tetap harus ke TETO (Taipei Economic and Trade Office) di Gedung Artha Graha di Sudirman. Berikut syarat-syarat yang harus dilengkapi sebelum menuju TETO:
- Foto ukuran 4x6 (2 lembar)
- Form yang harus diisi di (https://visawebapp.boca.gov.tw). Form ini tidak sulit untuk diisi kecuali bagian detail of contact in Taiwan. Disini saya mengisi nama hotel dan alamat hotel. Kemudian pertanyaaan hubungan dengan kita saya jawab accomodation.
-  Fotokopi kartu keluarga
- Rekening 3 bulan terakhir (tidak harus legalisir bank)
- Surat keterangan kerja atau sekolah. Karena papa saya sudah pensiun, saya membuat surat keterangan dari kantor saya dengan tambahan nama Papa dan menerangkan bahwa beliau adalah ayah saya.
- Tiket (ini tidak wajib tapi saya lampirkan)
- Visa saya yang sudah diapprove online (ini tidak wajib juga tapi saya lampirkan juga)
- Biaya paspor Rp 700.000 per orang sejak 1 Sept 2018


Setelah urusan dokumen beres, saya menuju gedung Artha Graha untuk mengurus visa tersebut. Berikut beberapa tips dari saya terkait pengurusan visa ini:
  • Jam pengurusan visa adalah jam 08.30 - 12.00. Gedung Artha Graha tidak menyediakan tempat parkir mobil sehingga mereka akan mengarahkan kita untuk parkir di gedung electronic city. Jika kita datang jam 08.30 hingga jam 10.00 pagi, Electronic City belum buka sehingga mereka juga tidak mengizinkan kita untuk parkir. Solusinya adalah datang kesana dengan kendaraan umum/online ATAU parkir di seberang Gedung yakni Pacific Place. Saya mengambil alternatif kedua.
  • Setelah masuk gedung, silahkan menuju resepsionis untuk menukar identitas, maka kita akan diarahkan ke lift 7 untuk menuju lantai 12. Tiba di lantai 12, jangan asal nyelonong tapi lapor dulu ke satpam di loket kecil sebelum pintu masuk maka kita akan dibantu untuk menempelkan kedua foto kita di tempat yang seharusnya dan diberikan nomor antrian.
  • Jangan panik melihat banyaknya orang karena percayalah hampir semuanya adalah TKI. Loket umum selalu sepi.
  • Dalam kasus saya, begitu masuk langsung dipanggil nomornya dan memberikan semua berkas. Setelah dicek berkasnya lengkap maka akan dikasih kertas untuk melakukan pembayaran di ujung satunya lagi. Jadi dari pintu masuk pengurusan berkas di sebelah kanan, pembayaran di ujung sebelah kiri. 
  • Setelah membayar akan diberikan bukti pembayaran yang harus ditukarkan kembali ke loket semula untuk bukti pengambilan visa 2 hari kerja kemudian. Ini gak usah antri lagi.. langsung saja berikan bukti bayar ke tempat semula (sekalipun ada orang lain yang sedang mengurus berkas).
  • 2 hari kemudian, datanglah pukul 13.30 untuk mengambil paspor dan visa kita. Ini gak pake nomor2an lagi.. ada antrian normal di tempat kita menyerahkan berkas.
Good luck buat yang lagi mau urus visa Taiwan yaaa.. Wish me luck di bulan Desember nanti project menyenangkan ortunya :):):)



Kamis, 25 Mei 2017

Solo Travelling ke Singapore

Selama menjalani kehidupan sebagai pelancong, ini masa travelling paling mengenaskan buat saya. Perjalanan ke Singapore ini sebetulnya saya rancang untuk membahagiakan mama semata wayang yang demen banget ama shopping. Sungguh nasib, H-1 dari perjalanan kami ke Singapore, papa saya terserang stroke. Awalnya kami tidak menyangka ini penyakit stroke. Karena papa masih beraktivitas normal, hanya saja memang beliau lupa beberapa nama orang. Selebihnya aktivitas fisik masih biasa. Jadi kami memutuskan, saya akan berangkat duluan di tanggal 30 April 2017 dan mama akan menyusul sehari kemudian dengan membeli tiket baru.

Ternyata setelah pagi harinya saya terbang dengan menggunakan maskapai Air Asia, saya mendapat info bahwa papa semakin parah dan harus diopname di rumah sakit sehingga mama tidak akan menyusul saya ke Singapore. Jadilah kegiatan utama saya di Singapore adalah menghubungi keluarga untuk menanyakan kabar papa.

Baiklah.. lanjut cerita ngapain saya di Singapore. Kali ini temanya pengiritan sehingga saya menginap di apartemen People Park Centre di Singapore milik Uncle Wong. Kamar bersih tapi sangat minimalis. Ada tv, ac, kamar mandi dalam dengan harga SGD 90 per malam. Maaf, saya kelupaan foto kamarnya berhubung uda gagal fokus dengan liburan kali ini. Lokasi sangat strategis, Turun stasiun China Town, exit D. Keluar lurus ajaaaa, ketemu bakpao Hok Kie yang haram tapi sangat enak menurut saya. Sampingnya ada lift apartemen. Pembantu uncle wong ada di lantai 23. Jadi biasanya kita akan diarahkan mengambil kunci dari mbak asal Indonesia yang sudah bekerja kepada Uncle Wong selama 17 tahun. Si mbak akan memberikan kunci dan mengantarkan kita ke kamar yang kita . Saya mendapat kamar di lantai 12 lengkap dengan fasilitas wifi dan air minum sepuasnya.

Selanjutnya karena acara utama belanja, jadi kurang lebih selama 2 hari, ini aktivitas saya di Singapore:

Mengunjungi Garden By The Bay dan Cloud Forest
Sebetulnya saya membeli tiket dari Tripvisto seharga 196 ribu untuk berdua dan hanya mendapatkan salah satu tiket masuk yang boleh dipilih antara Garden by the bay atau Cloud Forest. Mengingat mama saya gak jadi pergi, jadilah saya masuk ke kedua wahana tersebut.
Mana lebih bagus? selera. Kebanyakan orang menjawab Garden By The Bay. Saya pribadi pilih Cloud Forest karena mungkin bukan pencinta bunga. Keukenhoff yang kata orang-orang harus dikelilingi berhari2 aja saya selesaikan dalam waktu 2 jam.

Tulip di Garden by the Bay

Giant waterfall di Cloud Forest
Belanja di Bugis Junction & Jurong East
Gegara kemakan hasutan teman-teman, saya bela2in naik mrt ke Jurong East yang secara jarak lumayan jauh dari kota. Menurut teman-teman saya, di Jurong East ada IMM outlet yang isinya lebih dari 100 factory outlet ternama dnegan harga miring. Betul sih.. tapi saya sih gak lagi2 kesana. Kenapa? Saya uda bandingin outlet fashion kaya bossini, giordano, harga sama aja dengan di Bugis. Yang diskonan di IMM juga diskonan di Bugis. Sepatu.. saya sempet beli skechers di IMM, ternyata di OG malah lebih murah. Yang saya gak nyesel kesini cuma karena beli Irvin fish chips yang lagi legendaris tanpa antri di mall samping IMM yakni Westgate. Jadi saya sih gak recommend teman-teman untuk jauh2 ke mall ini ya.

Belanja di Bugis? Ok lah.. saya belanja smiggle, watson di bugis ini. Kaki 5_nya cocok buat belanja cokelat impor dibanding mustofa. Kalo ditanya lebih mending belanja cokelat di Bugis atau Mustofa? Plus minus. Ada yang Mustofa lebih murah, ada yang Bugis lebih murah. Jadi kalo belinya gak banyak2 amat, ke Bugis ajalah...

Nah, ngomongin Garrett Popcorn, saya usul teman-teman beli di bandara Changi terminal 2 yaaa.. harga lebih murah daripada di outlet di toko karena free of tax. Lumayan lah bedanya.. bisa buat shopping2 kecil.

Wings of Time & Crane Dance
Di hari kedua, saya sempet2in nonton crane dance yang letaknya gak jauh dari main gate Universal Studio. Acara mulai jam 8. Tapi jam 7.30 uda mulai penuh sesak karena gretong kali ya.. Overall untuk acara gratisan, show ini layak banget ditonton. Nah, yang jadi masalah, saya punya tiket Wings of Time yang akan mulai jam 8.40. Jadi selesai nonton Crane Dance jam 8.15, saya kudu lari2 ke stasiun monorail yang akan membawa saya ke Beach station untuk nonton Wings of Time jam 8.40. Untuk yang bawa anak kecil, gak recommended untuk meniru aktivitas saya ini. Takutnya gak keburu lari2nya ngejar Wings of time mengingat antrian bejubel naik monorail.

Gitu aja sih cerita solo travelling ke Singapore yang agak menyedihkan ini...

Senin, 16 Januari 2017

Review Hotel di Sydney & New Zealand

Mohon maaf Bapak Ibu sodara2 review ini akan membosankan karena isinya akan banyak sekali tulisan dan hanya ada 1 picture terkait 1 hotel yang sangat luar biasa buat saya di New Zealand.

Ketika mulai hunting hotel di Sydney dan New Zealand, saya agak stress karena harganya mahal-mahal. Kalau mau yang murah ya harus hostel sedangkan niat travelling saya kali ini adalah honeymoon. Pengennya sih dapet hotel2 yang bagus dan mengesankan. Thank God akhirnya saya dapat contact salah satu marketing Accor group yang namanya Aris. Saya gak kenal Aris sebelumnya dan sampe detik ini belum pernah ketemu ama doi. Tapi pelayanannya ok banget dan patut diacungi 2 jempol. Saya sangat terbantu dengan service yang diberikan. Alhasil bisa dikatakan semua harga penginapan berbintang 3-4 yang saya dapatkan selama perjalanan ini jadi seharga 1,3 jutaan per malem bahkan ada yang lebih murah. Worth it banget join accor plus lewat Aris. 

Ok, dimulai ya review hotelnya.

Sydney
Saya nginep di Ibis Kingstreet Wentworth Sydney. Hotelnya minimalis tapi boleh bangetlah secara lokasi walking distance dari darling harbour dengan harga 1,3 juta (pake member Accor Plus). Plus dengan menggunakan member ini, saya dapet free wifi + free welcome drink untuk 2 orang. Kalau mau ikutan breakfast-nya juga buy 1 free 1 dengan member ini. Lokasinya prime banget sih, itu aja kelebihannya. Sisanya jangan terlalu diharapkan.

Queenstown
Saya nginep di Novotel Queenstown. Hotelnya besar dan sangat strategis. Letaknya di samping Lake Wakatipu yang menyejukkan jiwa. Mau ke Flame bar and grill, jalan kaki. Mau ke Ferg burger, jalan kaki. Mau ke skyline Gondola jalan kaki. Layanan valley mobil dan parkir tersedia dengan harga 20 NZD per malam. Saya nginep di hotel ini 3 hari 2 malam. It's perfect..

Lake Tekapo
Di Lake Tekapo adalah tempat saya transit dari Queenstown menuju Christchurch. Hotel yang saya pilih ini merupakan hotel termahal dalam perjalanan saya kali ini. Namanya Peppersbluewater resort. Namanya juga resort, hotel ini menghadap langsung ke Mount Cook dan Lake Tekapo. 5 menit berjalan kaki ke Good Shepherd Church tempat untuk stargazing. 10 menit dari Mt John Observatory. Hotel ini 2 lantai. Di bawah ada kamar mandi dan kamar tidur. Di atas ada ruang tv, ruang tamu dan dapur. Bolehlah ya sekali-kali ngerasain bak orang tajir abis yang nginep di hotel macam ini. Harga per malam sekitar 2,5 juta. Oh ya, karena saya datang berdua dengan suami. Mereka memberikan complimentary berupa welcome snack for honeymoon couple. Enak lho..

Christchurch
Di Christchurch, saya mengutamakan urusan lokasi dan saya pilih Ibis. Ibis dekat sekali dengan container mall, Cathedral Square dan Botanical Garden. Di seberangnya pun terdapat banyak restoran dan convenience store sehingga memudahkan hidup selama berada di Christchurch. Menggunakan member Accor, dapat complimentary breakfast buy 1 get 2.

Saya pribadi merekomendasikan rekan-rekan yang suka travelling tapi bukan backpacker type untuk join member Accor dhe.. banyak banget benefitnya. Tapi cari marketing yang bisa dipercaya ya..

Demikian review hotel perjalanan Sydney dan New Zealand saya.

Liburan Keluarga di Jogjakarta

Berkunjung ke Jogja bukan merupakan hal baru untuk saya. Sudah 6 atau 7 kali saya ke Jogja namun selalu hanya untuk urusan pekerjaan atau training. Mengingat Jogja lagi happening, business trip kali ini saya extend dan memboyong keluarga di hari terakhir urusan pekerjaan saya yakni 13 Januari 2017. Keluarga saya tiba di Jogja di hari Jumat siang hari jam 12 siang. Seperti biasa formasi lengkap dengan trio kesayangan saya, papanya dan kali ini ditambah mama tercinta.

Saya menyewa mobil Suzuki Ertiga selama 3 hari dan dikenakan charge sebesar 1,4 juta include supir, bensin dan lain-lain. Yang tidak termasuk hanya biaya parkir selama 3 hari. Berikut contactnya: Pak Sutrisno (08157978535). Setiba keluarga di bandara Adi Sucipto kami makan siang dulu di food court Lippo Plaza. Favorit saya adalah Kedai Peko Peko yang sudah beberapa kali saya coba selama di Jogja. Selain itu, mie godog Jogja juga ada di food court ini (menu favorit: mie godog goreng). Untuk lidah saya yang agak bawel, kedua makanan ini sangat cocok di mulut dan kantong. Maklum, di Kedai Peko Peko seporsi ramen plus telur hanya dihargai Rp 15 ribu. 

Selepas makan siang (jam 2) kami segera menuju Candi Borobudur yang menawan hati. Harga tiket masuk adalah Rp 30 ribu untuk dewasa dan Rp 15 ribu untuk anak-anak. Anak di bawah 4 tahun masih gratis. Setelah memasuki kawasan Borobudur, hal pertama yang saya lakukan adalah mencari karcis kereta api, ternyata letaknya tidak jauh dari pintu masuk. Hanya berjalan lurus, kami segera membeli tiket kereta api Rp 7.500 per orang (anak di bawah 3 tahun gratis). Kita akan diajak berkeliling memutari kawasan Candi Borobudur yang asri. Ada gajah yang bisa dinaiki, ada museum dan pohon-pohon yang sangat asri dan tidak membosankan. Sekitar 15 menit kami pun tiba di Candi Borobudur. Siap-siap menaiki tangga yang cukup banyak dan curam yaaa.. 
Berfoto dengan latar stupa


Dari atas candi kita bisa melihat pemandangan yang menyejukkan mata. Puas berfoto dengan Candi, kami segera turun dan mengikuti petunjuk arah menuju pintu keluar. Bagi rekan-rekan yang ingin belanja, harga souvenir di candi ini murah meriah bahkan lebih murah daripada Malioboro ataupun tempat wisata lainnya. Kuncinya hanya satu: tawar menawar. Jalan menuju pintu keluar cukup jauh karena melewati banyak sekali pedagang souvenir. Akhir dari pedagang-pedagang ini, kita akan tiba di lapangan parkir. 

Dari Borobudur, kami menuju ke Alun-Alun kota Jogja untuk menaiki odong-odong. Namun, karena kelaparan, sebelum sampai ke tempat odong-odong kami makan di salah satu cabang gudeg Yu Djum yang populer.

Di alun-alun, odong-odong berbaris banyak sekali dan kita tinggal memilih model yang kita suka. Anak-anak tentunya memilih yang besar, ada musik keras-keras dan yang paling penting ada "telolet". Kami dikenakan harga Rp 50 ribu untuk 2 kali putaran. Anak-anak senang luar biasa bermain odong-odong ini.

Odong-odong kami
Hari kedua, pagi-pagi sekali kami sudah bangun dan jam 6.30 sudah di mobil untuk menuju Goa Pindul. Sepanjang menuju Goa Pindul di Gunung Kidul banyak sekali marketing yang menawarkan jasa wisata Goa Pindul. Kami disarankan Pak Sutrisno (supir kami) untuk langsung menuju Pancawisata karena memiliki izin resmi dari pemerintah daerah untuk menjalankan wisata Goa Pindul ini. Harga tiket Rp 35 ribu per orang baik dewasa maupun anak. Kelebihan lainnya Pancawisata terletak di belakang Goa Pindul jadi kita tidak lelah berjalan kaki. Goa Pindul menawarkan sensasi wisata tersendiri karena kita duduk di atas ban. Di samping kiri kanan ban ada tali yang dapat kita pegang sehingga satu sama lain kita akan tersambung. Menyusuri goa kira-kira 30 menit sambil dijelaskan oleh pemandu tentang stalagtit, stalagmit, dan lain-lain. Setelah penyusuran goa selesai, kita diizinkan berenang dan bersantai-santai. Oh ya, kami cukup beruntung karena datang ke Goa ini dalam kondisi sepi. Setelah kami selesai, banyak sekali rombongan wisata yang datang ke Goa ini sehingga mereka berdesak-desakan di goa. Kami tidak terlalu lama di Goa Pindul karena ingin segera menuju ke Pantai Krakal. Di pantai ini, kami bersantai agak lama menikmati pasir dan suasana pantai hingga sore hari.

Berpose sebelum nyemplung
Goa Pindul

Bermain pasir di pantai Krakal
Malam harinya, setelah beristirahat dan berenang lagi di hotel, kami belanja di batik Rumah dan menyusuri Jalan Malioboro untuk belanja lagi di Batik Mirota. Hari kedua cukup melelahkan untuk kami. Untungnya, anak-anak selalu tertidur pulas di mobil dalam perjalanan kemanapun sehingga memungkinkan untuk recharge.

Hari ketiga jam 7 pagi kami menuju ke Gunung Merapi untuk mengikuti Lava Tour. Ngapain sih Lava Tour itu? Kamu harus coba!!! Saya suka banget sama Lava Tour ini. Kita akan naik jeep maksimal 1 jeep itu 4 orang. Karena ber-6 jadi kita sewa 2 jeep. Kebetulan ada kenalan dari teman sehingga dapat harga miring untuk sewa jeep ini. Kita akan dibawa ke museum peninggalan erupsi, batu alien, tempat pemandangan, bunker gunung merapi dan terakhir track sungai. Semuanya memberikan sensasi tersendiri dan buat saya sih sangat menyenangkan. Saya ambil short track sehingga total hanya 2,5 jam. Yang bagus apanya? Sensasi naik jeep, pemandangannya, pengalamannya, track sungainya kerennnn...



Setelah Lava Tour, urusan oleh-oleh kami mempercayakan kepada bakpia Kurnia sari yang lagi nge-hits dan paket besek dari Yu Djum Adi Sucipto sebelum menuju bandara. Untuk hotel, lagi-lagi saya mempercayakan kepada Accor Group (Ibis Hotel Malioboro) yang sangat memuaskan. Saya dapat harga member, gratis makan pagi karena pakai voucher member, gratis wifi karena member, jalan-jalan ke Malioboro sangat nyaman karena memang hotel kami disana, dapat late check out hingga jam 4 sore karena member dan dapat upgrade kamar pula karena member. Bener-bener untung dhe jadi member Accor plus ini. 

Overall, perjalanan kami ke Jogja saya beri nilai 9 dari 10. Indonesia is beautiful :):):)

Minggu, 09 Oktober 2016

Sehari di Hunter Valley

Awalnya Hunter Valley sungguh bukan tujuan liburan kami. Kami lebih ingin menyusuri sisi lain dari Sydney tapi bukan Hunter Valley. Tujuan ini bahkan agak dipaksakan oleh kakak ipar saya yang terus menerus mempromosikan Hunter Valley hingga akhirnya dengan terpaksa juga kami iyakan.

Namun, kami sedikit pun tidak menyesal bahkan bersyukur kami mengikuti saran dari kakak ipar. Ngapain aja di Hunter Valley?

  1. Sebel Kirkton. Di tempat ini, kami menikmati buffet breakfast kemudian main di belakang hotel ini untuk menikmati pemandangan padang rumput yang sangat menenangkan hati.
  2. Cheese & wine tasting. Disini kami melakukan wine & cheese tasting lagi-lagi dengan pemandangan yang sangat menyejukkan mata dan hawa pegunungan yang super segar.
  3. Huntervalley Zoo. Mirip seperti Featherdale wildpark, disini kita bisa berinteraksi dengan binatang khas Australia seperti koala, kangoroo, wombat, Tasmanian devil dengan bebas dan juga bisa berfoto dengan bebas pula
  4. Sabor. Tempat ini semacam dessert house yang high class, perlu reservasi sebelumnya karena antrian penuh. Cobalah flame brownies package with wine. Sempurna.
 Try it.. you will never regret..
 

Surga Dunia di New Zealand

Ini liburan kedua saya ke New Zealand. Kepuasannya menurun? sama sekali tidak, malah bertambah-tambah dan tambah. Saya bertekad mengunjungi New Zealand untuk ketiga kalinya suatu hari nanti bersama anak-anak tercinta.

3 Oktober 2016
Pagi ini jam 9.30 pesawat Qantas membawa kami ke surga dunia di Queenstown. Karena perbedaan waktu, kami baru tiba di Queenstown pukul 2.30 sore. Seperti sebelumnya, pesawat Qantas sangat nyaman dan ontime. Seperti biasanya juga, begitu tiba di airport, kami berburu SIM card untuk digunakan selama 5 hari ke depan. Sayang sekali, SIM Card yang saya incar yakni 2 Degrees tidak dijual di bandara Queenstown, akhirnya pilihan pun jatuh kepada Vodafone dengan harga 39 NZD mendapatkan paket data sebanyak 3GB sebulan. 

Setelah itu, kami menuju ke Commercial Pick up zone keluar bandara sekitar 50 meter ke arah kiri untuk dijemput oleh Apex Car Rental yang sudah kami booking sebelumnya via online seharga NZD 152 untuk 5 hari. Lokasi Apex Rental Car sangat amat dekat dari bandara Queenstown sehingga sesaat setelah dihubungi via telepon, mereka segera datang menjemput kami. Kami menyewa mobil Yaris selama di New Zealand. Karena diambil hari Senin pukul 2.45 dan dikembalikan hari Jumat di bandara Christchurch pukul 4 sore maka kami hanya dicharge biaya sewa selama 4 hari dan bukan 5 hari. 

Selama di Queenstown, kami menginap di Novotel yang letaknya sangat strategis di samping danau Wakatipu dan bisa keliling kota Queenstown dengan berjalan kaki. Acara kami hari ini adalah berjalan kaki menikmati kota Queenstown hingga malam hari karena matahari baru terbenam pukul 8 malam serta makan Fergburger yang super legendaris di Queenstown. Kami antri sekitar 15 menit untuk bisa menikmati burger ini. Hari pertama ini juga kami pakai untuk melakukan booking wahana yang kami nikmati esok hari seperti Skyline Gondola dan Shotover Jet.

4 Oktober 2016
Hari ini luar biasa. Paginya kami berkendara menuju Glenorchy dan mampir di Bennet's Lookout untuk menikmati pemandangan Remarkable. Pemandangan sepanjang berkendara menuju Glenorchy memang luar biasa, beberapa teman berkata bahkan melebihi berkendara menuju Milford Sound.
Siangnya kami berjalan kaki menuju stasiun Skyline Gondola dan menikmati makan siang sepuasnya di Stratosfere. Kami sangat puas dengan buffet lunch yang kami nikmati dengan aneka menunya. Sebelum makan siang, kami menyempatkan diri bermain Luge di area ini. It's amazing.. asik banget main luge sambil menikmati pemandangan luar biasa.

Pemandangan dari viewing deck Skyline

Sorenya, kami berjalan kaki lagi ke stasiun tempat bus membawa kami ke area Shotover Jet. Kami diputar 360 derajat sambil menaiki kapal ini.. kerenlah, pengalaman tak terlupakan. 

Malamnya, kami dinner di Flame bar & grill yang antriannya lebih parah daripada Fergburger. Jadi kami hanya reserve dan malamnya jam 9 kembali lagi untuk makan setelah mendapatkan sms. Ini makanan terbaik kami selama di Queenstown.

Ready, set, eatttt...


5 Oktober 2016
It's time to leave Queenstown. Jam 9 pagi kami checkout dan melanjutkan perjalanan ke Lake Tekapo. Tentunya sepanjang jalan kami berhenti melulu untuk photo stop di lake Hayes, makan salmon di Mount cook Alpine Salmon dengan pemandangan Lake Pukaki, New World supermarket hingga akhirnya berhasil tiba di Peppers Bluewater Resort, penginapan kami untuk hari itu. Ini salah satu hotel terbaik yang pernah saya datangi dengan pemandangan villa menghadap Lake Tekapo dan Mount Cook. It's amazing. Kamar kami 2 lantai dilengkapi dapur, kulkas, ruang menonton TV, lengkap dan kerennnn abiz termasuk kamar mandinya.
Pemandangan dari kamar hotel kami di Lake Tekapo

Sore hari jam 4 kami menuju Mt. John Observatory untuk bersantai di Astro Cafe dengan pemandangan super duper spektakuler dari atas sambil menikmati dessert di cafe ini. Again, it's amazing... Btw, untuk naik ke atas Mt. John Observatory ini, di tengah-tengah perjalanan, ada pungutan sebesar 5 NZD untuk terus naik hingga ke atas.

Malamnya, suami saya memutuskan untuk jalan kaki sendirian ke Church of Good Shepherd untuk stargazing. Saya memilih untuk berleha-leha menikmati kamar hotel kami.

6 Oktober 2016
Setelah breakfast di hotel, kami melanjutkan perjalanan menuju Christchurch. Pemandangan menuju Christchurch mirip seperti Auckland, didominasi padang rumput dipenuhi domba-domba. Agak membosankan hingga saya tertidur di perjalanan. Tiba di Christchurch siang hari, kami menuju Riccarton mall. Mall ini sangat ramai oleh pengunjung. Disini saya cukup banyak berbelanja baju kantor di beberapa toko yang sedang discount dan dipastikan bahwa harganya jauh lebih murah disana daripada di Jakarta.

Setelah puas berbelanja, kami menuju ke hotel kami di Ibis Christchurch. Di seberang hotel terdapat Hachi hachi ramen yang rasanya lumayan untuk ukuran lidah Asia. Di belakang hotel terdapat Restart mall/Container mall yang merupakan tujuan turis di Christchurch. Royal botanical Garden juga walking distance dari hotel ini.

7 Oktober 2016
Hari ini cuaca kurang bersahabat dan hujan berganti panas sepanjang hari. Kami memutuskan untuk berjalan-jalan di mall Riccarton (lagi), Royal Botanical Garden dan Hagley Park di saat cuaca cerah.

Tidak terasa, hari sudah sore dan kami menyempatkan diri mengunjungi Air Force One Museum sebelum mengembalikan mobil jam 4 sore dan diantar ke bandara oleh Apex Rental Car. Jam 6.30 pesawat kami kembali menuju Sydney.

Sekedar sharing, saya melakukan kesalahan besar dengan memborong madu di New Zealand. Ternyata madu merupakan barang yang dilarang dibawa ke Australia. Beruntung, saya berhasil melewati custom Sydney dengan selamat, tapi jangan ditiru ya perbuatan saya ini. Saya padahal sudah men-declare madu bawaan saya. Tapi petugas bandara Sydney mungkin kelamaan mendengar jenis barang apa saja yang saya declare sehingga belum selesai saya bicara hingga madu, saya sudah disuruh lewat.

Keseluruhan perjalanan di New Zealand ini buat saya luar biasa. Saya beberapa kali berkata kepada suami saya : "Tuhan pasti sedang sangat bahagia ketika menciptakan New Zealand"