Congratzz buat kalian yang baca blog ini pasti lagi rencanain mau ke Lombok or Gili Trawangan. Tanggal 7 - 10 Juli 2016 lalu, kami dianugerahi Tuhan kesempatan untuk berlibur ke Lombok & Gili Trawangan. Pasukan lengkap dengan papa, mama, 2 kakak laki-laki, suami dan 3 anak kami bertolak menuju Lombok pukul 5.50 pagi naik Garuda Indonesia. Kenapa Garuda Indonesia? Karena waktu saya search di bulan April 2016, maskapai ini kebetulan sedang promo menawarkan tiket termurah dibanding maskapai lainnya menuju Lombok.
Tiba di bandara Lombok pukul 9 waktu Lombok (waktu Lombok 1 jam lebih cepat daripada waktu di Jakarta), kami segera menelpon supir mobil sewaan yang sudah saya book dari Jakarta. Karena total ber - 9 kami menyewa mobil Pregio untuk mengantarkan kami ke Pelabuhan Bangsal seharga Rp 550 ribu. Kira-kira 2 jam perjalanan dari airport ke pelabuhan Bangsal, kami tiba di pintu gerbang pelabuhan. Seperti cerita di blog teman-teman traveller, orang Lombok menganut prinsip "bagi rezeki". Jadi kita tidak akan diturunkan tepat di pelabuhan, tapi masih harus berjalan lagi sekitar 700 meteran. Dengan membawa anak kecil 3 orang + orang tua + koper kami yang seabreg banyaknya, kami memilih untuk memakai jasa cidomo (sejenis dokar singkatan dari cikar dokar mobil). Si empunya cidomo menawarkan jasa 10 ribu per orang karena high season karena masih Lebaran hari kedua. Setelah tawar menawar didapatlah harga 30 ribu untuk 1 cidomo, kami menyewa 2 cidomo.
Tiba di pelabuhan, saya segera membeli tiket untuk menyeberang ke Gili Trawangan seharga Rp 15.000 per orang + 2 tiket retribusi sebesar Rp 4.500 sehingga total menjadi Rp 19.500. Tempat pembelian tiket tidak ada jalur antrian dan sangat kacau balau, serodok sana sini baru bisa sampai ke meja kasir pembelian tiket. Saya menyebut ingin membeli tiket untuk 6 dewasa dan 3 anak. Kasir bilang, kalau gitu berarti itungannya 7 dewasa. Jadilah saya membeli 7 tiket dikali Rp 19.500 untuk menyeberang ke Gili Trawangan.
Entah memang biasa begini atau tidak tapi orang-orang yang ingin menyeberang sangat ramai sekali. Kami mendapat tiket warna kuning sehingga kami harus menunggu hingga ada panggilan : kapal kuning.. kapal kuning.. baru kami naik ke atas kapal. Naik ke atas kapal tentunya penuh perjuangan dengan koper2 yang seabreg + anak kecil karena kita harus berbasah2 ria untuk naik ke atas kapal. So... ingat ya temans, jangan pakai celana panjang. Itu tips penting pertama.
 |
Suasana di dalam boat menuju Gili Trawangan |
Setibanya di Gili Trawangan, kami belok kiri jalan kaki terusssss menuju ke hotel kami di hotel Vila Ombak. Kami memesan 3 kamar untuk 6 dewasa dan 3 anak kecil. Review saya tentang hotel ini: lokasi strategis karena di sebelahnya ada Scallywegs (restoran teramai di Gili Trawangan), seberang hotel ada Pearl Bar yang juga sangat tersohor, bahkan jika punya uang lebih, kita juga bisa langsung menyeberang dari Lombok tiba di hotel ini dengan private boat. Namun, dari sisi interior kamar saya agak kecewa sih ya... Biasa banget, cenderung sudah tua. Kamar kakak saya malah ac-nya panas banget, sudah complain tapi tetap saja panas dan tidak maksimal.
Setelah check in, kami langsung makan siang di restoran legendaris di Gili Trawangan yakni Scallywag. Kami order menu terkenalnya yakni lobster bbq. Nyamieee... mahal tapi bisa ditawar langsung ke tempat bbq-nya, hehe... Kalau sore, restoran ini antri panjangggg sekali oleh bule2. Mumpung ngomongin tempat makan, tempat recommended untuk makan di Gili Trawangan ini menurut saya sih selain Scallywag ini yaitu Juku restoran. Letaknya agak jauh kalau dari hotel Vila Ombak. Jadi dari Vila Ombak, jalan ke arah pasar malam, nah lurus terus saja lewati pasar malam, restoran ini terletak di sebelah kiri. Restoran ini mengakomodir seluruh hasrat makanan mulai dari Western, Chinese, Indonesian dengan harga yang murah. Pizza besar dibandrol seharga 50 ribuan sudah puasss.. Pasar malam juga ok, tapi sayangnya waktu saya kesana, selalu ramai dan penuhhh sehingga gak kebagian tempat untuk duduk.
Ok, lanjut cerita soal Gili Trawangan, tips penting berikutnya adalah kita wajib sewa sepeda. Di Gili Trawangan, alat transportasi hanya ada Cidomo dan sepeda. Sepeda tentunya jauh lebih praktis. Di bagian belakang pulau dimana terletak Aston Hotel dan hotel Ombak Sunset berada (sister company dari hotel vila Ombak) adalah tempat paling eksotis versi saya untuk menikmati sunset. Bule2 area sini pun terlihat jauh lebih eksklusif dan berduit. Untuk mencapai ke area ini, kita harus menyewa sepeda karena sangat jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki.
 |
Sunset dan view dari Ombak Sunset |
Kita tidak akan serasa di Indonesia ketika sedang di Gili Trawangan. Mendadak kita jadi turis asing karena justru bule mendominasi wilayah ini. Selain bersepeda selama 3 hari di Gili Trawangan, kami habiskan juga dengan snorkeling dan keliling Gili Air serta Gili Meno. Menurut saya lho ya.. untuk snorkeling, Belitung masih lebih bagus dan menang dibanding di Gili. Kami menyewa private boat seharga Rp 1 juta untuk ber-9. Maklum lagi high season, harga ini pun kami dapat setelah mendatangi hampir ke semua tempat penyewaan boat dan setelah tarik urat menawar.
Di hari ketiga jam 12 siang, kami kembali ke Lombok dengan menumpang public boat lagi. Kembali ke Lombok tidak ada retribusi apapun, sehingga kami hanya perlu membayar 7 tiket x Rp 15.000. Setibanya di pelabuhan Bangsal, kami segera membungkus nasi balap Puyung Cahaya yang ada di pelabuhan bangsal untuk bekal makan siang di hotel. Selepas acara bungkus membungkus, kami naik cidomo (kali ini nawar Rp 20 ribu per cidomo) untuk diantar ke pangkalan taxi blue bird. Naik 2 taxi ke hotel kami di Santosa Senggigi menghabiskan pundi-pundi Rp 100 ribu per taxi-nya.
Setibanya di hotel, kami menikmati wisata di sekitar hotel seperti kolam renang dan pantai di belakang hotel. Di hotel ini kami memesan kamar Deluxe with pool sehingga masing-masing villa terdapat kolam renang di dalamnya. We really enjoy this hotel. Malamnya, kami keluar jalan kaki untuk membeli makan malam di kafe Tenda di samping hotel.
Di hari terakhir, kami sudah book mobil ELF seharian dengan harga 800 ribu hingga malam hari. Di hari terakhir ini, kami membeli oleh-oleh, ke desa suku Sasak dimana kami bisa berfoto gratis menggunakan pakaian adat suku Sasak dan terakhir sebelum ke airport, kami berkunjung ke Pantai Tanjung Aan. Wow, pantai ini perfect.. kerennnn banget. Pasirnya seperti lada, pemandangannya betul-betul menakjubkan. Rute pantai Tanjung Aan tidak jauh dari Airport, itu sebabnya ini jadi destinasi terakhir kami sebelum kembali ke Jakarta.
Have fun at Lombok & Gili.. enjoy God's creation :)