Kamis, 28 Januari 2016

Jalan ke Eropa Tanpa Tour - Planning & Preparation

Tulisan ini saya dedikasikan untuk rekan-rekan yang sedang galau memutuskan pergi ke Eropa ikut tour atau jalan sendiri. Saya sudah 2x ke Eropa dan keduanya ikut paket tour dari biro perjalanan yang dapat dikatakan bergengsi. Namunnn.... saya berani bilang bahwa sebelum pergi ke Eropa dengan jalan sendiri, serasa belum pernah ke Eropa beneran. Sensasinya jauh banget, pengetahuan dan kenikmatannya juga jauh banget. 

Nah, sekarang saya mau cerita soal ke-nekad-an saya ngajak mama ke Eropa berdua tanpa tour. Pertimbangannya adalah mama saya uda umur 55 taon ini dan belum tentu di taon-taon mendatang mama masih kuat saya ajak jalan plus lari sana sini di Eropa ala semi backpacker. Dan baru kali ini saya mau nekad juga nulis blog karena mau berbagi ke teman-teman seperjuangan di luar sana yang punya rute Eropa, kebingungan, ketakutan yang sama dengan saya menghadapi cerita-cerita Eropa yang menyeramkan di luar sana (copet, bahasa, budaya, dll).

Yup, ceritanya dimulai ketika di awal November 2015, salah satu teman kantor saya menginformasikan adanya tiket murah ke Eropa naik Qatar Airways di bulan April 2016. Saya segera berburu tiket via skyscanner.com dan mendapatkan tiket Kuala Lumpur - Amsterdam dan Roma - Jakarta seharga Rp 6.285.513,- nett per orang. Setelah tiket didapat, saya mulai dipusingkan urusan itenary, hotel dan terutama visa. Ya, visa menjadi momok bagi saya karena seumur-umur saya belum pernah punya pengalaman mengurus visa sendiri tanpa travel agent. Setelah dikuatkan oleh cerita blogger lainnya, saya mulai mengurus visa sesuai amanah dari para senior blogger. Blog terkait visa yang paling membantu buat saya yaitu http://www.jambukebalik.com/2014/12/pengalaman-mengurus-visa-schengen-di.html. Saya salut banget ama Eki yang masih muda belia banget tapi bikin blog yang bikin saya kesengsem abiz. Saya manut ama semua saran Eki di blog-nya dan mulai mengurus visa di tanggal 15 Januari 2016. Hal lain yang mau saya tambahkan dalam mengurus visa di Kedutaan Belanda adalah kalau kamu dateng sebelum jam 7.30 pagi sedangkan kamu dapet jadwal jam 8 pagi, kamu bisa nongkrong di tukang mie yang jualan di depan Kedutaan Belanda daripada cape berdiri di depan gerbang. Kamu bakal baru boleh masuk jam 7.30 dan mengurus segala printilan terkait visa. Akhirnya seminggu kemudian, saya dan mama dengan mulus mendapatkan visa Schengen.

Karena ngajak mama, tentunya saya gak pake sistem backpacker2 amat dalam arti saya menjaga sebisa mungkin jangan sampe mama kudu tidur di stasiun ataupun kereta-kereta di Eropa. Saya mencoba booking hotel-hotel yang sangat layak tinggal sehingga secara komposisi untuk biaya hotel per orang, saya menghabiskan lebih mahal daripada tiket pesawat. Untuk review terkait hotel-hotel tersebut akan saya tuliskan secara terpisah nanti yaaa...


Kali ini fokus saya adalah saya mau share soal transportasi antar negara di Eropa untuk tipe itenary seperti saya (Amsterdam - Paris - Lucerne - Milan - Venice - Milan - Roma - Vatikan). Saya melakukan banyak browsing terkait transportasi antar negara di Eropa dan akhirnya saya menemukan bahwa yang paling murah (gak ada yang ngalahin) adalah kalau kamu beli tiketnya point to point alias satuan dan jauh-jauh hari. Jadi, begitu visa diperoleh, langkah pertama saya adalah segera masuk ke web seat61.com dan membeli segala tiket kereta yang diperlukan antar negara.Kata kuncinya adalah : JAUH JAUH HARI yang berarti 3 bulan sebelumnya.




Seluruh tiket di atas adalah harga untuk 2 orang. Hal yang paling menyenangkan dari perjalanan ke Eropa tanpa tour adalah menyusun itenary yang disesuaikan dengan keinginan pribadi. Selain itu, dengan transportasi kereta antar kota, kita dapat menghemat banyak waktu dibandingkan menggunakan bus dengan tour. Pengalaman 2 kali saya ke Eropa sebelumnya, waktu banyak dihabiskan di perjalanan dengan bus dan banyak tempat wisata yang hanya dinikmati sangat sebentar hanya untuk photo stop saja.  

Sekian dulu cerita saya soal planning dan preparation ke Eropa...